Rabu, 23 Juni 2021

Esensi Martabat Tujuh didalam Surat Al Fatiha

By Mang Anas بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." ------ ◇◇◇ ---------- الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam." - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 1) Hakikat dari الْحَمْدُ adalah titik ب ia adalah mula dari segala sesuatu, di dalam kalimat الْحَمْدُ lah esensi kalimat الرَّحْمٰنِ dan الرَّحِيمِ itu berada yang kemudian mewujud menjadi raga dan jiwa dari alam semesta. Sifat hubungan الْحَمْدُ dengan اله adalah seperti sebuah biji dengan dengan putik yang ada didalamnya. الْحَمْدُ itu adalah umpama sebuah biji sedangkan اله adalah umpama putik yang ada didalamnya. Dengan demikian didalam kalimat الْحَمْدُ itu terhimpun didalamnya esensi اله _ الرَّحِيمِ dan الرَّحْمٰنِ. 1. Kata لِلَّهِ itu berasal dari kata اله yang merujuk pada Esensi Dzat Tuhan. Kedudukan اله ada pada Martabat Ahadiah. 2. Kata رَبِّ الْعٰلَمِينَ berasal dari kata ر ب ب yang merujuk pada esensi himpunan dari semua sifat. Kedudukan رَبِّ الْعٰلَمِينَ ada pada Martabat Wahdah ---------- ◇◇◇ ----------- الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ "Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 2) مٰلِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Pemilik hari pembalasan." - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 3) 3. Kata الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ dan مٰلِكِ يَوْمِ الدِّينِ itu merujuk pada esensi Asma. Kedudukan kedua ayat itu ada pada Martabat Wahdiah. Pada hakikatnya Asma الرَّحْمٰنِ _ الرَّحِيمِ dan مٰلِكِ adalah induk dari semua asma. Didalam ketiga asma itu terhimpun didalamnya sembilan puluh enam asma lainnya. Dengan demikian asma - asma lain yang diluar ketiga asma itu secara hirarkhi akan berada dibawahnya. Semua asma akan melekat dengan kuat pada asma induknya masing - masing, dan kumpulan dari asma - asma itu membentuk sistem bersamanya. Asma asma itulah yang membentuk tata sistem dari alam semesta, asma jugalah yang mengatur dan yang menggerakkannya dibawah kendali Rabbul 'alamin. ---------- ◇◇◇ ---------- إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 4) 4. Kata إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ merujuk pada esensi Af'al atau perbuatan Allah. Kedudukannya ada pada Martabat Alam Ruh. Didalam Ruh ada Rahsa, didalam Rahsa ada Nur, didalam Nur ada Dzat. Hakikat dari إِيَّاكَ نَعْبُدُ adalah esensi energi yang nantinya akan meliput atau menyelubungi Mani dan Madi, sedangkan hakikat dari وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ adalah esensi energi yang nantinya akan meliput atau menyelubungi Wadi dan Manikam. Harokat Tasdid [ hentakan ] yang tersemat pada kata إِيَّاكَ adalah simbolisasi dari energi hidup yang didalamnya tersembunyi esensi dari asma Al khayyu [ yang Maha Hidup ] ---------- ◇◇◇ --------- اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 5) 5. Kata اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ merujuk pada esensi dari tulung punggung dan Tulang Rusuk, tempat dimana bibit sperma berasal. Kedudukan ayat ini ada pada Martabat alam Misal atau alam Bapa. Tulang punggung yang bentuknya berupa bangun Vertikal itu menyimbolkan esensi dari potensi ketuhanan sedangkan tulang rusak yang bentuknya berupa bangun horizontal itu menjadi simbol diri insan atau diri manusia. Menurut literatur martabat tujuh didalam wujud Mani itu terhimpun didalamnya enam lapis esensi yang pada hakikatnya masih berupa potensi, yakni Madi, Wadi, Manikam, Siir, Siir Muhammad dan Nurullah. Unsur Mani, Madi, Wadi membentuk raga manusia. Unsur Manikam, Siir dan Siir Muhammad membentuk jiwa manusia, dan unsur Nurullah membentuk Ruh. Di alam inilah Allah Swt mengambil janji ketauhidan terhadap jiwa - jiwa sebagai mana firmannya, وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلٰىٓ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ  ۖ قَالُوا بَلٰى  ۛ شَهِدْنَآ  ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِينَ "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini," - (QS. Al-A'raf 7: Ayat 172) أَوْ تَقُولُوٓا إِنَّمَآ أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنۢ بَعْدِهِمْ  ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ "atau agar kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?" - (QS. Al-A'raf 7: Ayat 173) Terkait dengan Mani, Madi dan Wadi, Allah Swt berfirman, خُلِقَ مِنْ مَّآءٍ دَافِقٍ "Dia [ manusia ] diciptakan dari air [ mani, madi dan wadi ] yang terpancar," - (QS. At-Tariq 86: Ayat 6) يَخْرُجُ مِنۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ "yang keluar dari antara tulang punggung [ sulbi laki - laki ] dan tulang dada [ tulang rusuk ]." - (QS. At-Tariq 86: Ayat 7) ------ ◇◇◇ --------- صِرٰطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ [ yaitu] jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; - ( QS. Al-Fatihah 1: Ayat 6 ) 6. Kata صِرٰطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ itu merujuk pada esensi Rahim ibu [ أَنْعَمْتَ ] . Kedudukan ayat ini ada pada Martabat alam Ajsam atau alam Ibu. Sebagaimana firman Allah, ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ  ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ "Kemudian Dia menyempurnakan [ proses kejadiannya di dalam rahim ibu, mulai dari tahapan sel mani hingga kemudian tumbuh dan berkembang menjadi janin yang sempurna ] dan Dia meniupkan roh -Nya ke dalam- nya [ Janin ] dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, [ tetapi ] sedikit sekali kamu bersyukur." - (QS. As-Sajdah 32: Ayat 9) ---------- ◇◇◇ ---------- غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ " bukan [ jalan ] mereka yang dimurkai, dan bukan [ pula jalan ] mereka yang sesat." - (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 7) 7. Makna tersirat dari Kata غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ itu merujuk pada esensi Nafs atau Jiwa manusia, yang kepadanya Allah telah meng -ilhamkan Fujuroha [ الْمَغْضُوبِ dan الضَّآلِّينَ ] wa Takwaha [ غَيْرِ dan لَا ]. Sebagai mana firman - Nya. وَنَفْسٍ وَمَا سَوّٰىهَا "demi jiwa serta penyempurnaan [ ciptaan ] nya," - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا "maka Dia mengilhamkan kepadanya [ jalan ] kejahatan dan ketakwaannya," - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَا "sungguh beruntung orang yang menyucikannya," - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَا "dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 10) Kedudukannya ayat ini ada pada Martabat Alam Insan atau alam Nyata. Wallahu 'alam. Semoga artikel ini bermanfaat.